Kamis, 08 Desember 2011

MASALAH KESULITAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

MASALAH KESULITAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Materi Pelajaran Kimia di SMA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk difahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak. Dalam proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia. Hasil penelitian yang dilakukan selama ini (Sunyono, 2005), ternyata rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi kimia dan hitungan kimia, akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Di samping itu, guru kurang memberikan contoh-contoh konkrit tentang reaksi-reaksi yang ada di lingkungan sekitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia di kelas dengan menerapkan pendekatan dan metode yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas, minat, dan hasil belajar kimia siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Penyampaian materi kimia oleh guru dengan metode demonstrasi yang hanya sekali-kali dan diskusi cenderung membuat siswa jenuh, siswa hanya dijejali informasi yang kurang konkrit dan diskusi yang kurang menarik karena bersifat teoritis; (2) Siswa tidak pernah diberi pengalaman langsung dalam mengamati suatu reaksi kimia, sehingga siswa menganggap materi pelajaran kimia adalah abstrak dan sulit difahami; (3) Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi dan tidak inovatif, sehingga membosankan dan tidak menarik minat siswa. Hal ini menunjukkan kompetensi guru kimia yang masih perlu ditingkatkan. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam mempelajari kimia diduga disebabkan kimia merupakan ilmu yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya kelak, selain adanya anggapan bahwa kimia adalah ilmu yang sukar dipelajari. Untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar kimia siswa, guru perlu melakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui kegiatan yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran kimia yang berorientasi pada penumbuhan keterampilan generik sains (KGS) perlu dikembangkan, agar siswa dapat memahami bahwa kimia adalah ilmu yang terkait dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga anggapan di atas dapat diminimalisir. Dengan demikian, Pembelajaran kimia yang diterapkan haruslah mempertimbangkan karakteristik siswa, karakteristik materi kimia, dan kondisi sekolah atau fasilitas yang dimiliki sekolah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi masalah-masalah pembelajaran kimia, baik dilihat dari motivasi belajar siswa dan kompetensi siswa maupun karakteristik konsep-konsep kimia yang akan dibelajarkan pada siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GAGNE DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GAGNE DALAM PEMBELAJARAN KIMIA TINJAUAN TEORI Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S - R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati. Fase-fase dalam belajar Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu: (1) receiving the stimulus situation (apprehending), (2) stage of acquisition, (3) storage, (4) retrieval. 1. Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan. 2. Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. 3. Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. 4. Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil. Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu (5) fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, (6) fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. (7) Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan (8) fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement). Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcome Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu : a. Verbal Information (informasi verbal), adalah kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal. b. Intellectual skills (keterampilan intelektual), merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasny. Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi. c. Cognitive strategies (strategi kognitif), merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif. d. Attitudes (sikap-sikap) merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran. e. Motor skills (keterampilan motorik) merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dll Kondisi atau tipe pembelajaran o Signal learning (belajar isyarat) Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang. o Stimulus-response learning (belajar melalui stimulus-respon) Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut. o Chaining (rantai atau rangkaian) Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat. o Verbal association (asosiasi verbal) Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar. o Discrimination learning (belajar diskriminasi) Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan. o Concept learning (belajar konsep) Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah o Rule learning (belajar aturan) Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit. o Problem solving. (memecahkan masalah) Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif. Kejadian-kejadian instruksional Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar. Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Gain attention (memelihara perhatian) Dengan stimulus ekster kita berusaha membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar. 2. Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran) Menjelaskan kepada murid tujuan dan hasil apa yang diharapkan setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal. 3. Stimulate recall of prior learning (merangsang murid) Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan. 4. Present the content (menyajikan stimuli) Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran sehingga murid menjadi lebih siap menerima pelajaran. 5. Provide "learning guidance" (memberikan bimbingan) Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar 6. Elicit performance /practice (pemantapan apa yang dipelajari) Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu. 7. Provide feedback (memberikan feedback) Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak. 8. Assess performance (menilai hasil belajar) Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal. 9. Enhance retention and transfer to the job (mengusahakan transfer) Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN BENDA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN BENDA PENDAHULUAN Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut cara pandang yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Salah satu dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi (SI) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum disamping standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.             Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan  pengetahuan yang berupa fakta-fakta tetapi juga merupakan suatu proses.  Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan Nasional adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah.             Kurikulum juga merupakan perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Penggunaan kurikulum yang saat ini diimplementasikan lingkungan pendidikan sekolah Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari KBK. KTSP adalah paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap pendidikan dan melibatkan komponen masyarakat dalam rangka mengaktifkan proses belajar mengajar di sekolah dan merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/ sekolah (Mulyasa, 2007).             Pada tingkat Sekolah Dasar/MI pencapaian Standar kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar(KD) merupakan standar minimum yang secara Nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum, yang didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Fleming dan Levie ( 1978) menyimpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Bruner bahwa media pengajaran memberikan pengalaman konkrit yang memudahkan siswa belajar, yaitu dalam mencapai penguasaan, mengingat dan memahami symbol-simbol yang abstrak. Dengan dikemukakannya pendapat para ahli dari berbagai penelitian yang mereka lakukan itu, maka tidak perlu kita ragukan lagi tentang pentingnya media pengajaran dalam meningkatkan hasil belajar.                                      PEMBAHASAN 1.   Lingkupan Materi Ajar IPA        Lingkupan materi ajar meliputi identifikasi materi ajar dan deskripsi materi ajar kimia. 1.1.  Identifikasi Materi Ajar IPA yang Berhubungan dengan Kimia    Berdasarkan standar isi yang dikeluarkan BNSP (Badan Standar Nasional    Pendidikan) terdapat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran IPA di SD/MI kelas VI yang berhubungan dengan kimia adalah  sebagai berikut : Semester I (ganjil) Kelas VI,  Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Benda dan Sifatnya 6. Memahami faktor penyebab perubahan benda. 6.1  Menjelaskan  faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan 6.2  Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari   Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk mata pelajaran IPA di SD/MI kelas VI adalah  sebagai berikut : Kelas VI,  Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan   1. Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat hidupnya   1.1  Mendeskripsikan hubungan  antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek)  dan lingkungan hidupnya 1.2  Mendeskripsikan  hubungan  antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan  (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya   2. Memahami cara perkembangbiakan makhluk hidup 2.1 Mendeskripsikan  perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia 2.2 Mendeskripsikan  ciri-ciri  perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan 2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan 2.4 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan manusia   3. Memahami  pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan 3.1 Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem) 3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan 3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan 4. Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan 4.1 Mengidentifikasi jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati  kepunahan 4.2 Mendeskripsikan  pentingnya pelestarian jenis makhluk  hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat Benda dan Sifatnya 5. Memahami  saling hubungan antara  suhu, sifat hantaran dan  kegunaan benda     5.1  Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan  panas dari berbagai benda 5.2  Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas   6. Memahami faktor penyebab perubahan benda 6.3  Menjelaskan  faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan 6.4  Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari   Kelas  VI,  Semester  2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya   7. Mempraktikkan  pola penggunaan dan perpindahan energi 7.1  Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak (model jungkat jungkit, katapel/model traktor sederhana energi pegas) 7.2  Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik   8. Memahami pentingnya penghematan energi         8.1  Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari 8.2  Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/ kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah) Bumi dan Alam Semesta   9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya 9.1 Mendeskripsikan  sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya 9.2 Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan 9.3 Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari 9.4 Menjelaskan  perhitungan kalender Masehi dan kalender Hijriah                                                                                                     Dari hasil analisis Silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan sekolah. Pada SD kelas VI mata pelajaran IPA cenderung mempelajari materi dasar Biologi dan Fisika. Materi ajar IPA di SD kelas VI yang berhubungan dengan konsep mata pelajaran kimia terdapat pada semester 1 yaitu pada Benda dan Sifatnya dengan Standar Kompetensi: Memahami faktor penyebab perubahan benda dan Kompetensi Dasar: 1). Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan. 2). Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari.   1.2.  Deskripsi Materi Ajar IPA yang berhubungan dengan Kimia Materi ajar dikembangkan dari standar isi yang disusun oleh BSNP yang berisi pokok-pokok pembelajaran, pokok-pokok materi IPA yang berhubungan dengan kimia adalah: 1. Faktor yang Menentukan dalam Pemilihan Benda atau Bahan    1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Benda    1.2. Faktor-Faktor yang Menentukan Pemilihan Benda atau Bahan. Materi ajar berisi konsep IPA yang berhubungan dengan kimia yang disampaikan secara sederhana. Deskripsi materi ajar disajikan dengan konsep IPA yang tidak bisa terpisah dari kehidupan nyata siswa sehingga siswa menyadari bahwa pelajaran IPA khususnya yang berhubungan dengan kimia sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, guru hendaknya melakukan variasi dalam pembelajaran khususnya untuk siswa sekolah dasar, sehingga siswa senang belajar IPA, misalnya menggunakan berbagai macam metode belajar dan menggunakan media pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam belajar dan akan lebih menarik mengikuti pembelajaran IPA. Selain itu guru hendaknya memberi motivasi kepada siswa agar siswa dapat serius untuk mengikuti pelajaran IPA dan merasa bahwa mereka diperhatikan oleh guru.  Media yang biasanya digunakan guru ketika pembelajaran berlangsung adalah alat peraga yang sederhana, misalnya hanya gambar-gambar yang dibuat sendiri oleh siswa. Koleksi buku-buku diperpustakaan juga masih kurang, buku yang tersedia masih sedikit sehingga siswa kesulitan mencari buku IPA sebagai buku tambahan mereka dan ada sebagian siswa yang tidak pernah mengunjungi perpustakaan. 2.        Media Pembelajaran Keuntungan Mempergunakan Media Pembelajaan Heinich, Molenda dan Russel (1982) mengemukan keuntungan-keuntungan memergunakan media pengajaran dalam membelajarkan siswa, yaitu: media pengajaran dapat mengkonkritkan ide-ide atau gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. Media pengajaran dapat meningkatan minat siswa untuk mempelajari materi pelajaran Media pengajaran memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri-sendiri untuk belajar. Siswa tergugah untuk melakukan kegiatan karena dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi instrinsik) Media pengajaran dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan . Media pengajaran menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah di dapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam. Ahli psikologi Jerone bruner (1965) mengemukakan bahwa kalau dalam belajar siswa dapat diberi pengalaman langsung (melalui media, demonstrasi, “field trip”, dramatisasi), maka situasi pengajaran itu akan meningkatkan kegairahan dan siswa tersebut dalam belajar. Fleming dan Levie ( 1978) menyimpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Bruner bahwa media pengajaran memberikan pengalaman konkrit yang memudahkan siswa belajar, yaitu dalam mencapai penguasaan, mengingat dan memahami symbol-simbol yang abstrak. Dengan dikemukakannya pendapat para ahli dari berbagai penelitian yang mereka lakukan itu, maka tidak perlu kita ragukan lagi tentang pentingnya media pengajaran dalam meningkatkan hasil belajar.  Memilih Media Pengajaran Pertanyaan berikutnya yang muncul dalam membahas kaitan antara motivasi dan media pengajaran adalah “ bagaimana cara memilih media pengajaran yang efektif untuk meningktakan kegiatan belajar siswa”.  Heinich, Molenda dan Russel (1982) mengemukakan langkah-langkah secara sistematis perencanaan dan penggunaan media Menganalisa karakteristik siswa Guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa dalam merencanakan media pengajaran yang akan digunakannya. Ada dua tipe karakteristik siswa yang harus diketahui oleh guru, yaitu: karakteristik umum yang meliputi jenis kelamin, tingkat, kelas, kemampuan intelektual, bakat dan kebudayaan. karakterisistik khusus mengenai latar belakang pengalaman siswa tentang topic atau materi pelajaran yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikapnya terhadap topik  atau materi pelajaran yang akan disajikan. Pemilihan media pengajaran yang benar-benar disesuaikan dengan karakteristik umum siswa akan memudahkan siswa-siswi untuk memahami materi pelajaran yang akan disajikan oleh guru. Misalnya, siswa-siswi yang berintelegensi rendah sangat perlu bantuan memahami materi pelajaran dengan media pembelajaran yang dapat didengar, dilihat dan dirabanya. Siswa-siswa seperti ini akan mudah belajar kalau dibantu dengan media-media pengajaran yang memberikan pengalaman langsung ( Jerome Bruner, 1966). Untuk siswa-siswa yang bersikap apatis terhadap materi pelajaran, media yang dapat diberikan guna membantu mereka agar tertarik belajar adalah media yang memberikan rangsangan yang kuat seperti fil dramatisasi atau permainan simulasi. Andaikan siswa belum mempunya latar belakang pengalaman tentang materi pelajaran yang akan diajarkan, maka media Bantu yang tepat digunakan adalah media pengajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung (field trip) atau media yang dapat dilihat sekaligus didengar (fil, videotape) b.   Menetapkan tujuan pengajaran Langkah kedua yang dilakukan dalam memeilih media pengajaran adalah menetapkan tujuan pengajaran. Apa tujuan belajar yang hendaknya dicapai oleh setiap siswa? Lebih tepatnya, kemampuan baru apa yang hendaknya dimiliki siswa setelah proses pengajaran selesai? Guru perlu menetukan tujuan, karena guru hendaknya memilih media dan urutan aktifitas belajar yang tepat untuk mencapai tujuan itu. Mengetahui tujuan yang harus dicapai juga mengharuskan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kaya sehingga dapat mempermudah mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh, apabila tujuan belajar adalah untuk menjadikan siswa mampu memasang ban mobil atau membuat model mobil, ban mobil, baut-baut dan alat-alat lain untuk memasang ban mobil, maka yang diperlukan adalah buku petunjuk montir atau sopir dan buku teks. c.    Memilih, Memodifikasi dan Merencanakan Materi pelajaran Langkah ketiga adalah memilih, memodifikasi dan merencanakan materi pelajaran. Pemilihan materi pelajaran yang tepat menurut ilmu pendidikan akan bertambah mantap jika disertai dengan pengaturan media pengajaran dalam kelas. Heinich, Molenda dan Russel (1982) menjelaskan bahwa 90 sampai dengan 95 persen waktu belajar hendaknya dilakukan dengan media pengajaran, membantu siswa secara efektif dalam belajar. d.   Menggunakan Media Pelajaran Setelah memilih, memodifikasi dan merencanakan materi pengajaran, guru perlu pula merencanakan bagaimana menyajikan materi dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyajikannya. Jika ini diperlukan maka berbagai perlengkapan dan fasilitas yang diperlukan dapat disiapkan. Andaikan anda menyajikan materi dengan teknik ceramah, maka perlengkapan media yang diperlukan, misalnya over-head projector atau chart atau slide atau semuanya sekaligus dipakai. Perlengkapan media yang anda perlukan akan berbeda jika anda menyajikan pelajaran dengan pertunjukan (demonstrasi) e.    Meminta Respon Siswa Langkah kelima dalam merencankan penggunaan media pengajaran adalah mendorong siswa agar memberikan respon terhadap rangsangan pengajaran. Respon siswa terhadap situasi pengajaran dapat juga berbentuk hasil ciptaan yang kompleks. Misalnya karya ilmiah, lukisan atau berabagai ciptaan yang lainnya. Untuk melihat respon siswa ini mungkin saja kita memerlukan berbagai media. Misalnya kita memerlukan gambar proyeksi untuk melihat respon siswa tentang materi yang disajikan oleh gambar tersebut dan gambar proyeksi lebih mudah mengatur respon siswa dibandingkan kalu kita menggunakan media bergerak. Dengan film strip siswa dapat membaca tulisan dibawahnya dan mereka dapat mendiskusikan apa saja yang muncul di layer atau membicarakan ide-ide lain  yang  berkaitan dengan materi yang disajikan, sementara materi yang dibahas tetap tertampang di layer. Jdi ada media-media yang memungkinkan siswa berpartisipasi lebih akif dibandingkan denga media-media lainnya. f.     Melakukan evaluasi Langkah terakhir dalam menggunakan media pengajaran ialah melakukan evaluasi. Bahwa pelaksanaan evaluasi menentukan penggunaan media pengajaran, tentu aja kita tidak meragukan lagi. Dalam melaksanakan penilaian selama proses pengajaran, atau setelah berakhirnya satu unit pengajaran, kita memrlukan tulis, format-format, gambar-gambar, kamera, videotape. Misalnya untuk menilai keterampilan mahasiswa atau siswa calon guru dalam praktek mengajar diperlukan kamera, atau pita rekamana, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian kegiatan praktek mengajar belum atau sudah terlaksana dengan tepat. Kalau belum, guru pembimbing praktek dapat melakukan perbaikan-perbaikan. Demikian juga untuk menilai sejauh mana ketepatan gerakan-gerakan senam atau tari telah dilakukan siswa-siswa yang sedang belajar menari. Kamera video tape merupakan media penting yang dapat kita gunakan. Dalam hal ini penulis memilih media peta konsep dan power ponint untuk menjelaskan pokok bahasan perubahan pada benda dan untuk memperdalam pengetahuan anak tentang perubahan benda dilakukan eksperimen sederhana.         DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional, Silabus Mata Pelajaran IPA (BSNP), Untuk                         Sekolah Dasar /Madrasah Ibthidaiyah. Hamalik, Q., (2007), Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Penerbit PT                        Remaja Rosdakarya, Bandung Haryanto, Drs., (2004),  SAINS Jilid 6, Penerbit Erlangga, Jakarta. Ibayari, Yayat, dkk, (2008), Ilmu Pengetahuan Alam SD dan MI kelas VI,               Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Kemala, Rosa, (2008), Jelajah IPA, Penerbit Yudhistira, Jakarta. Mulyasa, E., (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit PT Remaja             Rosdakarya, Bandung. Mursyid, (2010), http://file:///d:/etc/curriculum/pengertian-dan-defenisi-             kurikulum.htm.